1. Bahan Baku
Jenis kayu : Kayu ulin (Eusideroxylon zwageri), termasuk kategori kayu kelas I untuk kekuatan dan ketahanan.
Asal : Kalimantan
Kelas awet : I (tahan terhadap rayap, jamur, dan cuaca).
Kerapatan (density) : ± 1.040–1.200 kg/m³ (sangat berat, tenggelam di air).
Penyusutan : Sangat rendah, stabil terhadap perubahan suhu dan kelembaban.
2. Dimensi Sirap
Tergantung produsen dan standar proyek, namun umumnya:
Panjang : 40 cm – 60 cm.
Lebar : 6 cm – 8 cm.
Tebal : 3 mm – 5 mm (sirap tipis).
8 mm – 12 mm (sirap tebal).
Bentuk ujung : Datar, runcing.
Tepi : Dapat diluruskan atau sedikit serong untuk memudahkan overlap.
3. Sistem Pemasangan
– Kemiringan atap minimum: 30° (ideal 35°–45° untuk aliran air optimal).
– Overlap: 2/3 panjang sirap menutup sirap di bawahnya (misalnya panjang 45 cm → tampak ekspos ±15 cm).
– Rangka: Reng kayu dengan jarak antar reng ±15 cm.
– Pengikat: Paku seng, paku stainless, atau paku khusus anti karat ukuran 2–3 cm.
– Lapisan dasar: Bisa ditambah underlayer (misal aspal felt/bitumen sheet) untuk menambah kedap air.
4. Karakteristik Teknis
Daya tahan: 25–50 tahun (tergantung perawatan dan kondisi cuaca).
Ketahanan api: Kayu ulin lebih tahan api dibanding kayu lunak, tetapi tetap mudah terbakar (opsional bisa diberi coating fire retardant).
Ketahanan cuaca: Tahan terhadap hujan, panas, dan kelembaban tropis.
Perawatan: Disarankan diberi lapisan coating kayu (wood preservative) setiap beberapa tahun untuk mempertahankan warna dan daya tahan.
5. Kelebihan
– Tampilan estetis alami, bernuansa tradisional dan mewah.
– Sangat kuat, awet, dan tahan terhadap serangan rayap.
– Ringan dibandingkan genteng tanah liat atau beton.
– Sirkulasi udara atap lebih baik.